Monday, February 28, 2011

Pesanan Buat Kekasih

Sedetik terlakar di benak akal
Sesaat pun takkan tertanggal
Tersisip di peta minda walau hanya sejengkal
Seumpama akar
Yang menjalar
Begitulah aku kau dustai dalam samar
Justeru memalam di ruang kamar
Menguak perlahan di dedaun jendela terdampar
Angin menerbos menampar
Ke lubuk hatiku yang gusar
Patah sayap terus mengelepar
Ke lubuk puaka nan usang aku terlempar
Secebis kasih buatku rupanya tersasar






Mentari Senja Berwajah Jingga

Di persisiran pantai ini
Di kala mentari condongkan diri
Manakala angin menujahi
Lalu menampar seraut wajah berahi
Pertama sekali
Waktu semakin menjauhi
Begitu juga gadis itu berdiri
Menghela nafas seperti
Mengenang sebuah memori
Paling indah tercipta di sudut hati
Yang telah lama mati
Pernah berdarah merasai
Betapa derita berkali kali
Mengundang nestapa telah didustai
Lalu membawa langkah kaki
Melihat panorama indah ciptaan ILAHI
Ketika leka mata memerhati
Di kala itu mentari

Berwajah jingga menyuluhi
Walau agak suram tetap menanti
Namun tetap menawan setangkai hati
Moga lestari

Wednesday, February 23, 2011

Hak itu bukan milik kita

Jauh dia merenungi
pada seluas tanah yang terbentang
saujana mata memandangi
kehijauan hutan kecil di ruangan mata
melayan sejenaknya lamunan
yang tak pernah terpadam
pasang surutnya perasaan
mengundangi kelemahan pada diri
tanah ini tanah pusaka keluarga
jagailah ia seumpama nyawa
bajailah ia dengan benih-benih paling mahal
di muka bumi ini dan siramilah ia
seperti mana kau menjaga hartamu
angin menampar ke wajahku
seluas kebun telah terkubur
bersama tuan milik tanah tersohor
harapan pun musnah tersungkur
bersama niat tak pernah luntur
cita-cita tetap juga jujur
di tangan tergenggam sebatang cangkul

kuhayun-hayun lalu